Muqaddimah dan Kesimpulan Surat Al Faatihah

Muqaddimah Surat Al Faatihah Surat Al Faatihah (Pembukaan) yang diturunkan di Mekah dan terdiri dari 7 ayat adalah surat yang perta...

Surat Al baqarah ayat 189 sampai 195 dan terjemahan

Berjihad dengan jiwa dan harta di jalan Allah s.w.t., Alquran Tentang Jihad, Jidah Menurut Alquran, Ayat Alquran Tentang Jihad, Penjelasan Alquran Tentang Jihad, Surat Albaqarah ayat 189, Terjemahan Surat Albaqarah Ayat 189, Penjelasan Surat Albaqarah Ayat 189, Tafsir Albaqarah Ayat 189, Surat Albaqarah ayat 190, Terjemahan Surat Albaqarah Ayat 190, Penjelasan Surat Albaqarah Ayat 190, Tafsir Albaqarah Ayat 190, Surat Albaqarah ayat 191, Terjemahan Surat Albaqarah Ayat 191, Penjelasan Surat Albaqarah Ayat 191, Tafsir Albaqarah Ayat 191, Surat Albaqarah ayat 192, Terjemahan Surat Albaqarah Ayat 192, Penjelasan Surat Albaqarah Ayat 192, Tafsir Albaqarah Ayat 1892, Surat Albaqarah ayat 193, Terjemahan Surat Albaqarah Ayat 193, Penjelasan Surat Albaqarah Ayat 193, Tafsir Albaqarah Ayat 193, Surat Albaqarah ayat 194, Terjemahan Surat Albaqarah Ayat 194, Penjelasan Surat Albaqarah Ayat 194, Tafsir Albaqarah Ayat 194, Surat Albaqarah ayat 195, Terjemahan Surat Albaqarah Ayat 195, Penjelasan Surat Albaqarah Ayat 195, Tafsir Albaqarah Ayat 195, Penjelasan Alquran, Tafsir Alquran, Tafsir Alquran Lengkap, Alquran Online, Alquran, Alquran terjemahan Depag, Alquran Lengkap, Alquran Arab, Alquran Indonesia, Arti Alquran, Alquran terjemahan Indonesia, Ayat-Ayat Alquran Lengkap dengan Terjemahan Bahasa Indonesia, Website Ayat-Ayat Alquran.

Berikut Surat Al baqarah ayat 189 dan 195  beserta Terjemahan dan Penjelasannya

JUZ 2

AL BAQARAH
(SAPI BETINA)
SURAT KE 2 : 286 ayat


Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyanyang.

189. Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya[116], akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung. Asbabun nuzul 

[116]. Pada masa jahiliyah, orang-orang yang berihram di waktu haji, mereka memasuki rumah dari belakang bukan dari depan. Hal ini ditanyakan pula oleh para sahabat kepada Rasulullah s.a.w., maka diturunkanlah ayat ini. 

"Yas alunaka 'anil ahillah sampai linnasi walhajji" diturunkan sebagai jawaban terhadap banyaknya pertanyaan kepada Rasulullah SAW tentang peredaran bulan. 
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari al-Ufi yang bersumber dari Ibnu Abbas.) 

Menurut riwayat lain orang-orang bertanya kepada Rasulullah SAW: "Untuk apa diciptakan bulan sabit?" Maka turun ayat tersebut di atas sebagai penjelasan. 
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Abil 'Aliah.) 

Menurut riwayat lain "Yas alunaka 'anil ahillah sampai linnasi walhajji" ini berkenaan dengan pertanyaan Mu'adz bin Jabal dan Tsa'labah bin Ghunamah kepada Rasulullah SAW. "Ya Rasulullah! Mengapa bulan sabit itu mulai timbul kecil sehalus benang, kemudian bertambah besar hingga bundar dan kembali seperti semula, tiada tetap bentuknya?" Sebagai jawabannya turunlah ayat ini. 
(Diriwayatkan oleh Abu Na'im dan Ibnu 'Asakir di dalam tarikh Dimasyqa, dari as-Suddi as-Shaghir, dari al-Kalbi dari Abi Shaleh yang bersumber dari Ibnu Abbas.) 

"Walaisal birru bi anta'tul buyuta min dhuhuriha" sampai akhir ayat, diturunkan berkenaan dengan kebiasaan orang jahiliyyah sepulangnya menunaikan ihram di Baitullah memasuki rumahnya dari pintu belakang. 
(Diriwayatkan oleh al-Bukhari yang bersumber dari al-Barra.) 

Menurut riwayat lain, orang-orang Quraisy yang diberi jukukan al-Hams (Ksatria) menganggap baik apabila melakukan ihram masuk dan keluar melalu pintunya, akan tetapi kaum Anshar dan orang-orang Arab lainnya masuk dan keluar tidak melalui pintunya. Pada suatu hari orang-orang melihat Quthbah bin Amir (dari kaum Anshar) keluar melalui pintu mengikuti Rasulullah SAW. Serempaklah mereka mengadu atas pelanggaran tersebut, sehingga Rasulullah SAW segera menegurnya. Quthbah menjawab: "Saya hanya mengikuti apa yang tuan lakukan." Rasulullah SAW bersabda: "Aku ini seorang Ksatria." Quthbah menjawab: "Saya pun penganut agama tuan." Maka turunlah "Walaisal birru bi anta'tul buyuta sampai akhir ayat." 
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan al-Hakim yang bersumber dari Jabir. Menurut al-Hakim, hadits ini shahih. Ibnu Jarir meriwayatkan dari al-Ufi yang bersumber dari Ibnu Abbas.) 

Menurut riwayat lain, ayat ini turun berkenaan dengan kaum Anshar yang apabila pulang dari perjalanan, tidak masuk rumah melalui pintunya. 
(Diriwayatkan oleh at-Thayalisi yang bersumber dari al-Barra.) 

Menurut riwayat lain peristiwanya sebagai berikut. Orang-orang pada waktu itu apabila hendak berihram di baitullah tidak masuk melalui pintunya, kecuali golongan ksatria (al-Hams). Pada suatu hari Rasulullah SAW masuk dan keluar halaman Baitullah melalui pintunya diikuti oleh rifa'ah bin Tabut, padahal dia bukan ksatria. Maka mengadulah orang-orang yang melihatnya: "Wahai Rasulullah, Rifa'ah melanggar." Rasulullah SAW bersabda kepada Rifa'ah: "Mengapa kamu berbuat demikian?" Ia berkata: "Saya mengikuti tuan." Nabi bersabda: "Aku ini Ksatria." Ia menjawab: "Agama kita satu," Maka turunlah "Walaisal birru bi anta'tul buyuta sampai akhir ayat." 
(Diriwayatkan oleh 'abdu bin Hamid yang bersumber dari Qais bin Habtar an-Nahsyali.) 


190. Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Asbabun nuzul 

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan "perdamaian di Hudaibiah", yaitu ketika Rasulullah SAW dicegat oleh kaum Quraisy untuk memasuki Baitullah. Adapun isi perdamaian tersebut antara lain agar kaum Muslimin menunaikan umrahnya pada tahun berikutnya. Ketika Rasulullah SAW beserta shahabatnya memeprsiapkan diri untuk melaksanakan umrah tersebut sesuai dengan perjanjian, para shahabat khawatir kalau-kalau orang-orang Quraisy tidak menepati janjinya, bahkan memerangi dan menghalangi mereka masuk di Masjidil Haram, padahal kaum Muslimin enggan berperang pada bulan haram. Turunnya "Waqatilu fi sabilillahil ladzina (S. 2: 190) sampai (S. 2: 193)" membenarkan berperang untuk membalas serangan musuh. 
(Diriwayatkan oleh al-Wahidi dari al-Kalbi, dari Abi Shaleh yang bersumber dari Ibnu Abbas.) 


 191. Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah[117] itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikanlah balasan bagi orang-orang kafir. 

[117]. Fitnah (menimbulkan kekacauan), seperti mengusir sahabat dari kampung halamannya, merampas harta mereka dan menyakiti atau mengganggu kebebasan mereka beragama. 

192. Kemudian jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.


193. Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim.


194. Bulan haram dengan bulan haram[118], dan pada sesuatu yang patut dihormati[119], berlaku hukum qishaash. Oleh sebab itu barangsiapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa. Asbabun nuzul 

[118]. Kalau umat Islam diserang di bulan haram, yang sebenarnya di bulan itu tidak boleh berperang, maka diperbolehkan membalas serangan itu di bulan itu juga. 

[119]. Maksudnya antara lain ialah: bulan haram (bulan Zulkaidah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab), tanah haram (Mekah) dan Ihram. 

Dalam suatu riwayat dikemukakan peristiwa sebagai berikut: Pada bulan Dzulqaidah Nabi SAW dengan para shahabatnya berangkat ke Mekah untuk menunaikan umrah dengan membawa qurban. Setibanya di Hudaibiah, dicegat oleh kaum Musyrikin, dan dibuatlah perjanjian yang isinya antara lain agar kaum Muslimin menunaikan umrahnya pada tahun berikutnya. Pada bulan Dzulqaidah tahun berikutnya berangkatlah Nabi SAW beserta shahabatnya ke Mekah, dan tinggal di sana selama tiga malam. Kaum musyrikin merasa bangga dapat menggagalkan maksud Nabi SAW untuk umrah pada tahun yang lalu. Allah SWT membalasnya dengan meluluskan maksud umrah pada bulan yang sama pada tahun berikutnya. Turunnya ayat tersebut di atas (S. 2: 194) berkenaan dengan peristiwa tersebut. 
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Qatadah.) 


 195. Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. Asbabun nuzul 

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ayat ini (S. 2: 195) turun berkenaan dengan hukum nafkah. 
(Diriwayatkan oleh al-Bukhari yang bersumber dari Hudzaifah.) 

Dalam riwayat lain dikemukakan peristiwa sebagai berikut: Ketika Islam telah berjaya dan berlimpah pengikutnya, kaum Anshar berbisik kepada sesamanya: "Harta kita telah habis, dan Allah telah menjayakan Islam. Bagaimana sekiranya kita membangun dan memperbaiki ekonomi kembali?" Maka turunlah ayat tersebut di atas (S. 2: 195) sebagai teguran kepada mereka, jangan menjerumuskan diri pada "tahlukah" (meninggalkan kewajiban fi sabilillah dan berusaha menumpuk-numpuk harta) 
(Diriwayatkan oleh Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Hibban, al-Hakim dan yang lainnya yang bersumber dari Abi Ayub al-Anshari. Menurut Tirmidzi hadits ini shahih.) 

Menurut riwayat lain, tersebutlah seseorang yang menganggap bahwa Allah tidak akan mengampuni dosa yang pernah dilakukannya. Maka turunlah "Wala tulqui biaidikum ilat-tahlukah." 
(Diriwayatkan oleh at-Thabarani dengan sanad yang shahih dan kuat, yang bersumber dari Jabir an-Nu'man bin Basyir. Hadits ini diperkuat oleh al-Hakim yang bersumber dari al-Barra.) 

Demikian Surat Albaqarah ayat 189 sampai 195 dan Terjemahannya serta Penjelasannya

Belum ada Komentar untuk "Surat Al baqarah ayat 189 sampai 195 dan terjemahan"

Posting Komentar

Kritik dan Saran Sangat Diharapkan untuk Mendukung Supaya Web ini Menjadi Lebih Baik. Komentar Anda adalah tanggapan pribadi, kami berhak menghapus komentar yang mengandung kata-kata pelecehan, intimidasi, dan SARA. Terima kasih.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel